Marichatul Jannah, S.ST., M.Kes – Dosen Radiologi Poltekkes Kemenkes Semarang
Banyak orang menganggap “lupa” sebagai bagian normal dari penuaan. Kehilangan ingatan bukanlah sesuatu yang jarang terjadi. Sangat penting untuk mengenali demensia, terutama pada orang tua karena itu jauh lebih serius daripada kehilangan ingatan sementara.
Jumlah kasus demensia di Indonesia meningkat seiring bertambahnya usia populasi. Yang lebih mengkhawatirkan adalah fakta bahwa sebagian besar orang tidak menyadari atau tidak menyadari tanda-tanda peringatan dini kondisi ini. Perubahan perilaku yang terjadi pada orang tua dapat menunjukkan gangguan kognitif yang jauh lebih serius. Perubahan ini dikenal sebagai “perubahan suasana hati”.
Sejak tahun 2017, saya telah terlibat dalam berbagai program pengabdian masyarakat. Yang paling saya ingat adalah kelompok lansia SEHATI, yang didirikan oleh Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang dan berlokasi di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Dalam beberapa kasus, keluarga atau penyedia layanan kesehatan tidak menyadari bahwa perubahan perilaku yang terjadi pada orang tua merupakan gejala gangguan kognitif tahap awal yang serius. Karena deteksi dini dapat memperlambat perkembangan demensia dan memberi keluarga waktu untuk merencanakan perawatan suportif terbaik, hal ini meningkatkan urgensi kolektif. Sayangnya, sebagian besar orang tidak menyadari betapa pentingnya MRI untuk mendeteksi perubahan struktural otak yang disebabkan oleh demensia.
Berbagai kondisi yang menyebabkan penurunan kognitif, seperti demensia vaskular dan Alzheimer, sering disebut sebagai demensia. Beberapa jenis demensia ini memiliki tanda-tanda awal yang umum, seperti kesulitan mengingat peristiwa terbaru, berbicara, bingung tentang waktu atau lokasi, dan bahkan perubahan emosi yang tiba-tiba.

Namun, karena gejala awal ini muncul secara bertahap dan serupa dengan proses penuaan normal, mengenali tanda-tanda ini dan melakukan evaluasi dini sangat penting untuk perencanaan perawatan yang diberikan kepada orang tua dan kualitas hidup mereka.
Pencitraan resonansi magnetik (MRI) adalah salah satu jenis teknologi pencitraan radiologi yang dapat mendeteksi perubahan struktural pada otak orang yang menderita demensia. MRI tidak menggunakan radiasi, jadi lebih aman untuk orang tua. MRI dapat mendeteksi atrofi otak, terutama di hipokampus (area memori), perubahan pada pembuluh darah, seperti kerusakan yang disebabkan oleh gangguan aliran darah, dan penurunan bertahap dalam volume otak.
Selain itu, para profesional medis memiliki kemampuan untuk menentukan jenis demensia yang berbeda dan pilihan pengobatan terbaik. MRI dapat mendeteksi perubahan bahkan sebelum gejala muncul.
Sebagai dosen radiologi di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Semarang, saya percaya bahwa sangat penting untuk membangun hubungan antara kemajuan teknologi medis dan kesadaran masyarakat akan masalah ini sejak dini. Hal ini telah mendorong saya dan tim saya selama beberapa tahun terakhir untuk mengambil bagian dalam berbagai program pengabdian masyarakat yang berfokus pada lansia.
Pada tahun 2022, kami akan menyelenggarakan pelatihan pendampingan manajemen demensia berbasis masyarakat dan pelatihan penyegaran kader kesehatan masyarakat di Semarang. Tenaga kesehatan sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana membedakan gejala demensia dari “pikun biasa”.
Dalam kegiatan ini, kami memberikan materi dasar tentang struktur otak dan fungsi MRI dengan bahasa yang mudah dipahami. Kader diberitahu tentang kapan harus merujuk orang tua untuk pemeriksaan penunjang seperti MRI.
Hasilnya benar-benar mengejutkan. Setelah pelatihan dan pendampingan, beberapa kader dapat menemukan orang tua yang menunjukkan tanda-tanda kognitif yang mengkhawatirkan. Kader kesehatan masyarakat berfungsi sebagai penghubung antara masyarakat dan layanan kesehatan formal dalam sistem pelayanan kesehatan primer kita. Selain itu, mereka mengenal orang tua di lingkungan mereka secara pribadi. Dengan meningkatkan keterampilan mereka dalam menangani demensia dan mendukung pemeriksaan seperti MRI, dapat dicapai deteksi dini yang lebih luas dan berkelanjutan.
Banyak orang masih menganggap MRI mahal dan hanya untuk kasus berat. Namun, pasien demensia dapat menjalani pemeriksaan ini sejak dini dengan sistem rujukan yang tepat dan dukungan BPJS.
Tanggung jawab untuk mendeteksi demensia lebih besar dari tenaga medis profesional. Ahli radiologi dapat melihat lebih dalam ke dalam otak manusia dengan menggunakan mesin pencitraan resonansi magnetik (MRI). Namun, orang-orang yang paling membutuhkannya masih jauh dari teknologi terkini.
Mari kita mulai dengan orang-orang yang dekat dengan kita, seperti tenaga kesehatan masyarakat dan keluarga, yang menyadari bahwa “pikun” bukanlah bagian normal dari penuaan dan memerlukan perhatian khusus.ih dari hanya tenaga medis. Dengan menggunakan mesin resonansi magnetik (MRI), radiologi dapat melihat lebih dalam kondisi otak seseorang. Namun, teknologi canggih sekalipun tidak dapat mencapai yang paling membutuhkan.
Mari kita mulai dengan orang-orang di sekitar kita, seperti kader dan keluarga, yang menyadari bahwa “pikun” adalah sinyal yang perlu diperhatikan dengan cermat dan bukanlah bagian normal dari usia lanjut.
